hamparan air tiada tepi
deburan ombak berbisik liri dalam hati
hembusan angin silih berganti
seolah mengajaku tenggelam dalam lautan emosi
menelusuri sudut-sudut dalam memori
detik demi detik mulai berjalan
aku mulai tenggelam
saat ia mulai melebarkan bibirnya
mataku dan matanya mulai beresonansi
aku bergetar dari titik 0 terendahku
apakah ini isyarat matahari?
Tapi rupanya jemariku tak pandai memainkan dawai dawai asmara
kau mulai jenuh dengan laguku
kaupun mulai mencari nada-nada baru
saat itu kamu bukanlah kamu yang sebenarnya
hatimu bukanlah hatimu yang sebenarnya
kau hanya tak nyaman dengan kesunyianmu
ratusan derajat bulanpun berputar
aku tetap bertahan
hingga akhirnya kau tersenyum dengan lagumu yang lain
diatas peti mati aku ikut tersenyum
diatas peti mati kumainkan dawai-dawaiku
diatas peti mati kumelihat kebahagianmu
ribuan hari kemudian...
aku masih bertahan
meski amarah dan kebencian terkadang
menjadi penggoda cinta sejati
ini bukanlah pilihanku
tapi ini adalah jalanku
#Himawan Ardhi Suhendra#
Senin, 12 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar